“Makan yuks!” ajakan seorang teman yang sayang kalaupun dilewatkan.
Lazimnya, asyik neh mumpung pas laper. Buat yang lain, mungkin lumayanlah buat ganjal sampai Subuh.
Seperti lazimnya saat tengah malam, tak terlalu banyak yang sangat-sangat recommended untuk diusulkan kepada penanya apalagi jika seorang tamu kehormatan. Maaf, ini sepotong cerita di kawasan Banyuurip, Purworejo.
Hingga singkat cerita, Warung Pak Sam pilihannya. Pak Sam membuka kedai kulinerannya ini sedari pukul 16.30 dan bakal ditutup kisaran pukul 01.00 dini hari berikutnya. Itu Pak Sam yang menjawab pertanyaan, lho!
“Ngangge napa, rempela? Ayam?”
Pak Sam membuka pertanyaan setelah kami memilih untuk memesan nasi goreng. Baru nyadar, ternyata ampela, ati, menjadi andalan rupanya. Itu tuch tertulis di banner penanda sajian menu yang ia tawarkan.
Selain itu di banner tersebut muncul pilihan bakmi godhog dan bakmi goreng. Ada juga lainnya bahkan digambar.
Pak Sam segera bekerja. Sedemikian kondang usahanya ini untuk masyarakat sekitar, bahkan banyak warga tetangga desa. Terkadang mereka berbarengan meluangkan waktu, lebih sekadar mengisi perut tentunya. Bisa karena berbarengan dengan jadwal meronda, sejenak diskusi, bahkan sekadar sekaligus menikmati suasana berbeda tanpa merasa kehilangan selera makan malamnya.
Tahun berapa yaks Pak Sam memulai usahanya ini? Tahun 2010, tukas seorang teman tadi, sekira pukul 00.30! [vir]