Pasar Tiban Semawung Lengkapi Pasar Umpet
Keberadaan Jembatan Gantung Semawung-Popongan (Semapop) yang menghubungkan Desa Semawung Kecamatan Purworejo dan Desa Popongan Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo kian dirasakan manfaatnya bagi masyarakat. Selain mempermudah akses mobilitas, jembatan sepanjang 70 meter yang tersambung dan mulai difungsikan pada akhir April 2021 itu juga turut menggeliatkan sektor ekonomi warga.
Geliat itu terlihat dari munculnya Pasar Tiban Semawung yang terletak di sebelah timur jembatan gantung atau tepatnya di RT 2 RW 7 Desa Semawung. Pasar Tiban Semawung sekaligus melengkapi keberadaan Pasar Umpet di sebelah barat jembatan yang lebih dulu ada dan mulai dikenal masyarakat luas dengan nuansa pasar tradisional di bawah rimbun-nya pepohonan bambu.
Guna mengangkat nama Pasar Tiban, warga bersama komunitas Sobat Satu Irama (SSI) dan PMI Purworejo mengelar sejumlah acara bakti sosial pada Minggu (10/10) pagi. Para pengunjung yang datang untuk berburu aneka kuliner tradisional diajak senam bersama, donor danar, dan berdonasi melalui bazar pakaian layak pakai. Donasi yang terkumpul selanjutnya diserahkan kepada anak yatim dan duafa di linglcungan selcitar.
“Hari ini kita coba mengisi rutinitas berjualan dengan sejumlah acara bakti sosial. Dengan acara ini kita berharap Pasar Tiban ke depan selalu eksis,” kata Ketua SSI Purworejo Bko Setyanto.
Aris Setyo Winoto, Kepala Dusun (Kadus) RW 7 Desa Semawung, menyebut Pasar Tiban Semawung buka tiap hari Minggu dan saat ini sudah sekitar 4 kali beroperasi. Pada awalnya hanya ada segelintir pedagang dan terus bertambah hingga mencapai sekitar 14 lapak.
“Tidak hanya warga semawung, pedagang juga ada yang dari Desa Popongan. Ada juga 1 lapak milik forum UM1CM,” sebutnya.
Pasar Tiban berada di tanah pribadi milik warga Desa Popongan, di wilayah RT 2 RW 7. Nama Pasar Tiban dipilih karena wilyah tersebut berdekatan dengan Masjid Tiban Jatisalam di sebelah timur lokasi jembatan.
“Di sini dulu ada warga yang jualan di pinggir jalan, lalu kami hubungi orang-orang yang punya lahan untuk dibuat pasar. Pedang tiap pekan ditarik retribusi Rp 5 ribu untuk biaya listrik, kebersihan, dan sewa lahan,” ujarnya.
Aris Setyo mengungkapkan bahwa keberadaan jembatan gantung merupakan bantuan dari filantropis Swiss, Tonni Ruttiman. Sementara warga berswadaya membangun fondasi dan akses jalan.
“Jembatan memang belum diresmikan secara pemerintahan, tapi secara kewargaan kemarin habis lebaran kita sudah selamatan dan doa bersama,” ungkapnya.
Menurut Aris, jembatan gantung memiliki fungsi utama mempermudah akses mobilitas. Penduduk Semawung yang memiliki ladang atau sawah di Popongan, tidak lagi kesulitan melintas, khususnya saat sungai banjir. Begitu pula sebaliknya. Anak-anak yang harus menempuh perjalanan untuk bersekolah di SMPN 26 yang berada di Popongan juga kian mudah.
Kendati demikian, ada banyak manfaat lain yang kini dirasakan warga dua desa.
“Sebelum ada jembatan, selama 13 tahunan hubungan emosional antara Semawung dan Popongan terputus. Tadinya ada getek (perahu bambu), tapi rusak. Nah, dengan adanya jembatan ini kita nyambung lagi,” lanjutnya.
Tersambungnya hubungan emosional tercermin dari dua pasar. Tidak sedikit warga Semawung yang berjualan di Pasar Umpet. Sebaliknya, banyak juga warga Popongan yang berjualan di Pasar Tiban.
“Pasar Tiban ini tidak saingan dengan Umpet. Justru kita saling melengkapi karena ke depannya kita berharap bisa jadi destinasi wisata sehingga ekonomi warga terus meningkat,” tandas Aris.
Imas (27) menjadi salah satu warga Popongan yang berjualan di Pasar Tiban Semawung. Bahkan, pedagang kuliner nasi uduk dan Sego Megono ini tercatat sebagai pedagang yang mengawali berjualan di lokasi tersebut bersama beberapa warga lain.
“Dulu belum ramai, sekarang Alhamdulillah tambah banyak,” ucapnya.
Warga yang turut mengawali munculnya pasar yakni Siratinah (43) asal RT 4 RW 7 Desa Semawung.
“Pertama kali kami bertiga di pinggir jalan, setelah jembatan jadi. Ini jadi sampingan dan Alhamdulillah bisa menambah pemasukan buat keluarga,” katanya. (top)